Rahim Pengganti

Bab 33 "Sebesar Biji Kacang"



Bab 33 "Sebesar Biji Kacang"

0Bab 33     

Sebesar Biji Kacang     

Malam ini, rasanya Carissa ingin memakan soto ayam. Namun, dilihatnya jam yang menggantung di dinding sudah menujukkan pukul 23.00 malam. Ingin rasanya Carissa membangunkan sang suami namun, wanita itu mengurungkan niatnya.     

Carissa beranjak dari tempat tidurnya lalu, berjalan keluar kamar. Saat Caca akan menuju ke dapur, dirinya bertemu dengan Siska yang juga akan keluar dari dalam kamarnya.     

"Mau ke mana Mbak?" tanya Siska.     

"Eh," ucap Carissa terkejut. Wanita itu bingung harus mengatakan apa. Tidak mungkin dirinya mengatakan hal yang sebenarnya bahwa saat ini Carissa ingin makan soto. Karena tidak mungkin Siska bisa mendapatkannya apa lagi hasil sudah malam.     

"Mbak pengen makan apa?" tanya Siska.     

Carissa tersenyum, keduanya berjalan menuju dapur. Caca segera duduk di kursinya, dan mengambil cangkir mengisinya dengan air putih.     

"Kira-kira soto ayam malam malam seperti ini, masih ada yang jual gak ya. Kok pengen banget gitu, ngerasain makan soto ayam," ujar Carissa. Mendengar ucapan yang dilontarkan oleh Caca, membuat Siska melotot tajam bagaimana tidak hari sudah sangat malam dan kakak iparnya itu ingin memakan soto. Siska menggelengkan kepalanya, tidak mengerti akan keinginan ibu hamil ini.     

"Aduh, cari ke mana ya mbak. Aku juga gak tahu, palingan di ujung jalan penjual soto nya. Tapi ini sudah sangat malam, gak mungkin ada lagi yang jual," ucap Siska.     

Mendengar ucapan tersebut, membuat Carissa terdiam dan menundukkan kepalanya. Harapannya untuk makan soto ayam malam ini, tidak akan terjadi.     

"Eh tapi tunggu sebentar Mbak," ucap Siska gadis itu berjalan ke arah kulkas dan mulai membuka nya, sekitar lima menit Siska berada di depan sana. Hingga senyum manis mengembang sangat jelas membuat Caca kebingungan dengan sikap adik iparnya itu.     

"Nah benar kan. Ini tadi Mama dapat kirim soto ayam dari bude Sri. Kebetulan banget, kan mbak mau makan soto."     

Siska segera menghidupkan kompor lalu, mengambil panci kecil dan mulai memanaskan soto ayam. Carissa mendekat ke arah adik ipasr nya itu senyum mengembang terlihat jelas. Bahagia itulah yang dirasakan oleh Caca saat ini, soto ayam yang sudah dihangatkan oleh Siska segera di santap oleh Caca.     

Melihat kakak iparnya itu melahap habis, makanannya membuat Caca sangat senang. "Pelan pelan aja Mbak. Aku gak akan makannya kok," ledek Siska.     

Carissa segera memasang wajah tersenyumnya, wanita itu segera menghabiskan soto ayam tersebut hingga habis tak tersisa. Setelah selesai, keduanya kembali ke dalam kamar mereka masing masing.     

"Makasih ya sudah buatkan Mbak soto," ucap Carissa sebelum masuk ke dalam kamarnya.     

"Sama sama Mbak. Selagi bisa aku lakukan pasti akan ku lakukan apa lagi demi keponakan aku ini," ucap Siak sembari mengusap perut rata milik Carissa.     

***     

Masuk ke dalam kamar, Carissa segera tidur. Wanita itu menghadap ke arah sang suami yang tertidur dengan sangat lelap. Carissa menyentuh rahang suaminya itu mengusapnya dengan penuh cinta.     

"Semoga kamu senang dengan hadiah yang aku berikan Mas," ucap Carissa dengan nada rendah. Carissa mulai terlelap, memeluk suaminya dengan erat. Keduanya pun saling berpelukan, seolah takut akan berpisah.     

Pagi harinya, suasana ruang makan sangat hangta bagaimana tidak Siska dan Bian selalu biasa membuat suasana berbeda. Pagi ini juga Bian sudah bisa masuk kantor kembali, Carissa awalnya akan ikut namun, dilarang oleh suaminya itu. Secara tidak langsung, Bian sudah berkata untuk istrinya itu tidak bekerja lagi tapi belum mengatakan hal yang sebenarnya.     

Selesai sarapan Bian masuk ke dalam kamar menyusul istrinya yang sedang mengambil tas miliknya.     

"Mas. Jadi kapan aku bisa masuk kantor lagi. Ini kamu loh yang sakit, terus kenapa jadi aku yang gak boleh pergi ke kantor," ujar Carissa kesal.     

"Nanti aja. Mas juga di kantor gak lama kok, sebentar aja. Jadi kamu gak boleh kangen," ucap Bian.     

"Yang bilang kangen itu siapa sih Mas. Aku kan bilangnya bukan ...,"     

Ucapan Carissa terhenti ketika bibir Bian sudah mendarat dengan mulus di bibir manisnya. Caca terdiam kaget dengan apa yang sudah dilakukan oleh suaminya itu. Ingin marah namun, tidak bisa karena Bian sudah mengigit bibir bagian bawahnya membuat Carissa terpaksa membuka mulutnya.     

Mendapatkan kesempatan emas, Bian segera memasukan lidahnya bermain di sana keduanya saling melumat satu dengan lainnya hingga suara seseorang membuat keduanya kaget.     

"Arhhh!!!" pekik orang tersebut.     

Bian dan Carissa segera mundur dari tempatnya menatap ke arah pintu di sana ada Siska yang berdiri sembari menutup matanya. Melihat hal itu, membuat Bian kesal kesenangan di pagi hari harus terganggu oleh adiknya sendiri.     

Sedangkan Carissa, malu karena dipergokin oleh adik iparnya.     

"Ngapain kamu di sini?" tanya Bian kesal sembari menatap tajam ke arah adiknya itu.     

"Eh udah ya. He he he, maaf ya Mas. Aku tadi mau manggil Mbak Caca keluar, cuma ternyata di sini lagi ada adegan hisap menghisap ya udah nanti aja. Kalian bisa lanjutkan acara kegiatan sebelumnya, he he anggap aja aku gak lihat," ucap Siska.     

Namun, baru saja Bian akan menjawab. Carissa sudah mual sehingga wanita itu berlari menuju kamar mandi. Melihat hal itu, membuat Bian segera panik dan menyusul istrinya.     

"Kamu kenapa sayang?" tanya Bian dengan nada paniknya.     

"Aku gak apa apa kok Mas," jawab Carissa.     

"Nggak apa apa tapi kenapa muntah gini. Kamu pasti masuk angin kan Sayang, itulah kenapa kamu mending di rumah aja gak usah pergi ke kantor," ucap Bian.     

Carissa ingin menjawab perkataan suaminya itu tapi di urungkan karena rasa mual yang begitu tidak bisa di tahan olehnya.     

***     

Pukul 10.00 pagi, Siska mengajak kakak iparnya itu untuk pergi ke dokter. Gadis itu tidak sabar untuk bisa melihat bagaimana bentuk dari keponakannya yang ada di dalam rahim Carissa.     

"Ayo Mbak," ajak Siska. Melihat anak dan menantunya itu akan pergi, membuat Mama Ratih yang sedang berada di ruang tamu menghentikan keduanya.     

Carissa bingung akan menjawab apa, tapi untunglah dirinya memiliki adik ipar yang luar biasa pintar dalam segala hal.     

"Kami mau ke Mall bentar Ma. Ada yang mau aku beli, sekalian minta pendapat sama Mbak Caca. Biar aku gak salah beli lagi, ternyata punya kakak cewek itu enak ya Ma. Bisa di ajak sharing dalam segala hal," ucap Siska.     

"Iya itulah kenapa Mama bahagia. Bian bisa menikah dengan gadia secantik Carissa," balas Mama Ratih.     

Keduanya pun pamit untuk pergi, Siska mengendarai mobilnya dengan kecepatan sedang, karena wanita itu tidak mau membuat Kaka iparnya itu terancam kalau membawa mobil dengan kencang.     

"Lambat boleh Siska. Tapi jangan kayak siput gini," gerut Carissa.     

Siska hanya menyengirkan senyumannya, apa yang diucapakan oleh Carissa memang benar adanya. Gadis itu sangat pelan membawa mobilnya, membuat Caca rasanya ingin tidur.     

Tiga puluh lima menit berlalu, keduanya sudah sampai di rumah sakit. Siska yang sudah menghubungi temannya, segera melapor ke bagian infomasi.     

"Kita tunggu sebentar ya Mbak," ucap Siska.     

"Iya gak apa apa," jawabnya.     

Keduanya pun mulai menunggu, di depan ruangan dokter kandungan. Carissa rasanya deg degan saat ini, wanita itu bingung harus bersikap seperti apa nantinya. Hingga akhirnya nama Carissa di panggil dan keduanya mulai masuk ke dalam ruangan periksa.     

###     

Gimana sama bab nya kali ini?? Kalian suka kah. Yok review yaa jangan sampai lupa. Love you guys.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.